Rabu, 24 Juli 2013

Untuk sang calon mertuaku, siapapun itu..

     Hay calon mertua. Hemmm apa kata "Hay" tadi kurang sopan? Baiklah, Assalamu'alaikum, calon mertua ku. Siapapun dan dimana pun itu.
     Perkenalkan, nama ku Riris. Yang Insya Allah akan menjadi calon menantumu. Sebelumnya, salam cinta ku untuk anakmu yang kelak akan menjadi imam dalam hidupku. Kembali pada diriku, aku wanita yang tak gemar memasak namun mampu menulis cerita untuk anakku kelak agar cepat tidur. Aku senang sekali menulis, apa saja. Wanita yang pandai menulis, menurutku sangat keren. Untuk urusan masakan, bukankah, sekarang banyak penjual makanan cepat saji. Jadi untuk apa aku memasak? Haha tidak, itu kukatakan karena aku tidak bisa memasak. Tidak, aku bisa memasak tetapi mungkin... ah sudahlah, aku sudah "minus" di mata Anda sekarang..
     Menulis memang keahlianku, tapi entah untuk membacakan dongeng untuk anakku. Bisa atau tidak? Tapi yah, aku bisa mengajari anakku bermain basket, badminton atau olahraga lainnya. Bukankah itu penting? Olahraga sehat dan menyenangkan. 
   Untuk urusan bangun pagi, aku memang bisa.. Hanya saja aku suka terlelap kembali jika terlalu lama berada di kasur. Apa wanita yang bisa bangun pagi menjadi syarat calon menantu idaman? Kalau saja iya berarti aku telah gugur sebelum berperang. Tapi, tunggu dulu! Aku bisa membuat hal kreatif lainnya agar anggota keluarga senang. Tidak tertarik ya, bu mertua? Baiklah..
   Sejujurya, bu calon mertua.. Aku ini agak sedikit tomboy begitu. Keluarga, tetangga, teman memandangku sebagai wanita yang tidak seperti wanita, mmm bagaimana ya mengatakannya. Bahkan jika anakmu itu melihatku, mungkin akan memandangku sama. Wanita tomboy! Tapi, jangan salah.. Tubuhku yang tinggi ini mungkin cocok menjadi model. Itupun kalau aku mau, kalau tidak mau jangan dipaksa ya, Bu calon mertua.. Menantu idaman, tidak harus berparas ayu bak model kan?
     Aku suka menjalin komunikasi dengan Tuhan ku. Menjalankan perintahNya dan yahhhh setidaknya ada laranganNya yang aku hindari. Bukan bermaksud untuk riya, hanya saja aku ini sedang mempromosikan diri sebagai wanita shalehah yang selalu diidamkan mertua dimana pun itu. Tapi maaf, Bu calon mertua, aku ini belum bisa menutup aurat, berhijab. Tetapi, Insya Allah akan tetap menjaga perilaku ku. Atau jangan-jangan, wanita tak berhijab seperti aku bukan menantu idaman mu? Oh GOD! Aku telah gugur sebelum aku bertemu anakmu..
    

     Pada intinya, aku adalah wanita yang tidak seperti wanita lainnya. Lembut, halus. Haaaa, bukan aku tak menginginkan dan berusaha untuk menjadi wanita seperti itu. Hanya saja, ah! Aku tak tau harus mengatakannya darimana. Maaf, Bu calon mertua, aku terlalu nyaman dengan diriku sekarang. Sering berkutat dengan tulisan ku dibanding mencari resep masakan. Atau lebih suka dengan sepatu basket daripada memaksakan kaki tersiksa dengan heels. 
     Untuk calon mertuaku, siapapun dan dimana pun itu. Maaf, untuk ketidaksempurnaanku. Salam, untuk anakmu. Bilang padanya, untuk menghindariku..
     

Jumat, 12 Juli 2013

Aku, si pengagum rahasiamu.

     Perkenalkan, aku pengangum rahasiamu. Sudah lama tinggal di hidupmu, hanya saja tak pernah kau tengok apalagi kau sapa. Perkenalkan, aku penjaga hatimu. Dan kau pemiliknya, tak pernah datang dan mengatakan padaku, "Terima kasih telah menjaga hatiku" dan imbuhan katamu seperti "Sekarang kau boleh pulang" terasa perih di hati. Apa kau mengusirku tadi?
     Lihat, aku sudah mulai menangis. Kau jahat! Bahkan mungkin kau tak tahu namaku. Oke, kau tak pernah menengokku lalu bagaimana kau bisa mengenali namaku. Kenapa tak kau cari tahu namaku? Ah! Apa aku terlihat bagimu? Sudahlah lupakan, tadi hanya sekilas bentuk pengharapan.
    Di sini, tepat di depan perpustakaan, aku pertama kali melihat mata tajam mu sedang sibuk mencari buku. Aku ada di samping mu pada saat itu, sibuk juga, sibuk memperhatikanmu mengunyah permen karet. Sedikit terdengar musik rock dari headphone yang kau pakai. Aku  menikmati masa dimana aku mulai memperhatikanmu dari dekat. Dan itu awal bagaimana aku bertahan sampai saat ini hanya untuk mengagumi mu dari kejauhan :)
    
      Menunggu mu di gerbang kampus, adalah hal rutin yang kulakukan. Melihatmu berjalan sambil terkadang mengusap rambutmu yang hitam berantakan. Menendang kerikil yang di depanmu. Sedikit terlihat kekanakkan, tetapi kau sangat terlihat tampan. Aku tersenyum sendiri saat itu, walau temanku juga tersenyum melihatku. Lalu kau mendekat ke arahku, dekat dan semakin dekat dan melewatiku begitu saja. Hanya wangi parfum mu yang tersisa dan aku hanya melihat punggung mu saja.
     Kau tak seperti kebanyakan pria lainnya. Secangkir teh adalah minuman kesukaan mu di pagi hari. Celana jeans tak beraturan, kaos hitam, sepatu  boots  dan yah ini yang paling aku suka, kau selalu memakai jaket AC MILAN. Aku juga penyuka milan dan penyuka mu. Tapi kau belum tentu penyuka aku. 
     Kau selalu sendiri dengan headphone dan buku yang cukup asing untukku. Aku suka novel bertemakan cinta tak terbalas, atau cerita tentang 2 pria kaya merebutkan 1 wanita miskin tapi kamu, buku yang kamu baca.. soal rasa..
     Aku pernah belajar bagaimana mengendalikan rasa, tapi pada keadaan yang berbeda, teori itu hilang begitu saja. 
      
    Kadang pertanyaan "Apa kau punya teman?" selalu muncul saat aku dan kamu sama-sama di perpustakaan. Kau suka menyendiri, dan buku yang kau baca masih sama seperti yang kau baca tempo lalu. Tentang rasa.. Kau romantis juga, pikirku. 
     Tertidur di perpustakaan, kau pernah melakukan itu sekali di hadapanku. Sangat menyenangkan, itu bisa membuatku melihatmu untuk waktu yang lama. 
     
     Pernah ketika itu hujan deras, beberapa pria dan wanita nya berteduh di halte itu, dekat kampus. Dan kulihat kau juga, tepat di depanku. Badanmu yang tinggi dan entah bagaimana menjelaskannya yang pasti itu kau! Mungkin karena rasa ini.. Hujan tak kunjung reda, kulihat kakimu terus bergerak tak tenang, tak luput juga menengok jam tanganmu. Dan tak lama, kau mengahmpiri hujan, kau tak lari. Tapi berjalan perlahan, seperti kau menikmati hujan dan air itu. Teringat pada tulisan mu di blog yang sudah lama selalu aku buka, "Untuk apa takut akan hujan, dia memberikan kesejukan. Dan tak akan membuatmu mati."
    Aku mencoba mengikuti jejakmu. Keesokan harinya aku demam. Sampai seminggu..


    Besoknya, aku berangkat ke kampus dengan syal tebal memutar di leher. Teman-teman menyambutku dengan senangnya dan berkata "Tadi, si doi nanyain lo?"
    "Ah serius? Gausah bokis lah! Basi! Kenapa gak sekalian bilang doi ngajak gw jadian?" Jawabku dengan sedikit GR, sedikit tak percaya dan banyak berharap itu kenyataan.
    "Serius! INI ASLI!! nih dia ngasihin surat ini buat lo." Katanya sambil memberikan surat. Tidak! Itu hanya secarik kertas.
      Kubuka perlahan, dan kubaca perlahan..
     "TERIMA KASIH, UNTUK WAKTU MU. UNTUK MEMPERHATIKANKU DARI KEJAUHAN. DAN AKU PENGAGUM RAHASIAMU"

    Tak terasa, air mataku jatuh. Kita sama-sama saling menyukai. Kita sama-sama mampu menyembunyikannya. Tanpa kata, ternyata kita saling menyukai. Tanpa kata, kita saling memperhatikan. Anggap saja, itu indahnya rasa..